Madrasah Al-Muhajir, Metode Cerdas Menaklukkan Lawan

Al-Muhajir yang bernama Ahmad Bin Isa ini merupakan seorang imam yang menjadi leluhur habaib Hadramaut, bahkan mungkin dunia. Beliau Lahir di Basrah, Iraq.

Tumbuh besar dalam lingkungan yang dinamis dan agamis menjadikan beliau cikal bakal yang tangguh dalam ilmu, tangkap dalam situasi dan tanggap dengan lingkungan.

Ketika Beliau merasa tanah kelahirannya sudah tidak nyaman lagi, maka beliau pun berhijrah ke Hijaz. Dan disinilah ‘sisi’ tanggap beliau melihat situasi. Berhijrah demi menyelamatkan keluarga dan orang yang dicintainya dari mara bahaya dan fitnah lainnya.
Setelah sampai hijaz, beliau pun berhijrah ke hadramaut. Dan disinilah letak ‘Madrasah Al-Muhajir’ Akan dikupas dengan singkat.

* Faktor Hijrah

Dua peristiwa hijrah Al-Imam sebenarnya mempunyai motif yang hampir sama. Motif hijrah pertama yaitu dari Basrah ke Hijaz adalah menghindari fitnah politik dan keamanan. Karena pada waktu itu, Basrah kurang menguntungkan bahkan mengancam keamanan beliau dan keluarganya.

Dan motif Hijrah yang kedua yaitu dari Hijaz ke tanah Hadramaut adalah syi’ar agama Islam dan melindungi muslim dari faham yang kurang benar. Dhiya Syihab dalam kitabnya Al Imam Al Muhajir mengatakan, “apakah motivasi Al Muhajir untuk berhijrah ke hadhramaut adalah harta? Hadhramaut bukanlah negri yang berlimpah harta dan dia pun seorang yang kaya raya, akan tetapi  hijrah Al Muhajir adalah untuk membantu rakyat hadhramaut, dan mencegah merembetnya fitnah Karamitah yang terus meluas. Dan faktor diatas adalah alasan utama kenapa Al Muhajir berhijrah ke Hadhramaut”.

Pada waktu itu, Hadramaut dibawah pengaruh Abadliyah. Yaitu suatu gerakan yang dipelopori oleh Abdullah bin Ibadh Al Maady.

Al Mas’udi dalam kitab sejarahnya menuliskan “Alkhawarij masuk Hadhramaut dan pada saat itu kebanyakan penduduknya adalah pengikut aliran Ibadhiyah dan sampai saat ini (332 tahun penulisan buku tersebut) dan tidak ada perbedaan antara Khawarij yang ada di Hadhramaut dengan yang ada di Oman. Akan tetapi aliran Ibadhiyah dan Ahlu Sunnah tetap hidup di Hadhramaut  meskipun pengaruh Khawarij lebih menyeluruh di wilayah Hadhramaut sampi datangnya Al Muhajir.

* Madrasah Al-Muhajir
Datang sebagai pendatang dan ‘tamu’, menjadikan Al-Muhajir memiliki tantangan tersendiri. Apalagi mengingat tantangan dan rintangan yang sangat berat. Tamu asing yang dikelilingi oleh ‘serigala’ yang siap memangsa. Bukan tamu asing yang ibarat madu Do’an yang dikerumuni banyak orang. Dan Disinilah metode Madrasah Al-Muhajir Mengalir.
Al Muhajir hadir di Hadramaut yang saat itu banyak berkeliaran Khowarij, dan paham lainnya. Lalu, Al Muhajir dengan trik jitunya menaklukkannya.
Dengan metode dan pola counter and attack yaitu berdebat dengan indah. Menaklukkan lawan dengan diskusi, berdebat yang santun dan akhlaqul karimah lainnya. Ibarat sekeras-kerasnya batu, jika ditetesi sedikit demi sedikit air maka akan lubang juga.
Melihat lawan yang siap diajak diskusi, maka Al-Muhajir pun meladeninya dengan telaten. Dan Al Imam merupakan sosok yang yang cakap dalam diskusi dan meyakinkan lawan bicara.
Hal ini juga diungkapkan oleh Al Saiyid Al Syatiri dalam kitabnya “Al Adwar” halaman 123, sehingga aliran Al Abadhi perlahan-lahan terkikis dan habis di hadhramaut dan digantikan dengan mazhab Al Imam Syafii dalam hal pekerjaan dan Imam Al Asy’ary dalam hal Aqidah.

Allah berfirman,
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ [النحل: 125]
 Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Dari ayat diatas banyak yang menjadi catatan bagi sang da’i dan tentunya sudah diaplikasikan oleh Al Imam. Catatan tersebut adalah:

·          Berdakwah dengan Hikmah.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Jarir menyebutkan bahwa maksud dari kata hikmah adalah wahyu yang telah diturunkan oleh Allah berupa Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Selain pengartian kata hikmah denga kedua wahyu tersebut, M. Abduh berpendapat bahwa hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah dalam tiap – tiap hal. Hikmah juga diartikan dengan ucapan yang sedikit lafadz akan tetapi memiliki banyak makna atau dapat diartikan meletakkan sesuatu sesuai tempat yang semestinya. Orang yang memiliki hikmah disebut al-hakim yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang paling utama dari segala sesuatu. Selain itu Al-Zamaksyari mengartikan kata al-hikmah dalam al-Kasyaf dengan sesuatu yang pasti benar. Al-Hikmah adalah dalil yang menghilangkan keraguan ataupun kesamaran. Selanjutnya beliau menyebutkan bahwa al-hikmah juga diartikan sebagai al-Qur’an yakni ajaklah manusia mengikuti kitab yang memuat al-hikmah.

Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan da’i dalam memilih dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u. selain itu al-hikmajuga merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin- doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

·          Berdakwah dengan al-Mau’idzah al-hasana ( pelajaran yang baik )

tafsir Al-Baghawi Menjelaskan bahwa  berdakwah dengan al-mau’idzah al-hasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan atas perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari al-mau’idzah al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung kekerasan.

Dalam kitab zad al-Masir fi ‘ilmi al-Tafsir milik Jamal al-Din ‘Abdu al-Rahman al-Jauzi disebutkan bahwa makna dari al-mau’idzah al-hasanah ada dua yang pertama adalah pelajaran dari Al-Qur’an berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas dan yang kedua adalah adab yang baik yang telah ma’ruf.

Sedangkan dalam tafsir al-Manaar diartikan bahwa al-Mau’idzah adalah bentuk isim dari lafadz wa’adza yang artinya wasiat kepada kebenaran dan kebaikan juga wasiat untuk menjauhkan diri dari kebatilan dan keburukan dengan jalan memberikan motivasi dan penakut-nakutan dimana dengan hal itu akan msampai ke hati yang diberi wasiat yang akan menjadikan orang tersebut mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

Dari pengertian di atas maka al-mau’idzah al-hasanah mengandung beberapa hal berikut :
a.    Nasihat ataupun petuah
b.    Bimbingan dan pengajaran
c.    Kisah – kisah
d.   Kabar gembira dan peringatan
e.    Wasiat ( pesan – pesan positif )

Dari kandungan – kandungan di atas maka al-mau’idzah al-hasanah akan mengandung arti kata – kata yang masuk ke dalam hati dengan penuh kasih saying dank e dalam perasaan dengan penuh kelembutan di mana hal itu lebih dapat memberikan dampak pada orang yang didakwahi.

·          Berdakwah dengan melakukan bantahan dengan cara yang baik.

Dalam pengerian bahasa kata mujadalah diambil dari kata jadala yang berarti memintal, ataupun melilit. Kemudian kata tersebut diikutkan pasda wazan faa’ala menjadi kata jaadala yang berarti berdebat atau berbantahan dengan.

Secara istilah kata mujaadalah memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut :
  * Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi mujadalah berarti upaya untuk mengalahkan pendapat  lawan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

  * Menurut tafsir Al-Nasafi kata tersebut berarti berbantahan dengan jalan sebaik – baiknya antara lain denga perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan perkataan yang kasar atau dengan mempergunakan suatu perkataan yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan menerangi akal pikiran.

Jadi, dari ayat di atas sangat gamblang metode yang diterapkan oleh Al Muhajir dalam mengikis dan memerangi kaum khowarij. Metode dakwah yang santun, sejuk nan penuh hikmah ini pun tentunya bisa mengalahkan dakwah yang kurang santun. Ibarat air keruh, jangan lah dikeruhkan dengan air yang lain. Akan tetapi, air keruh ditelateni biar menjadi jernih.   

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »