MEMAKNAI BASMALAH DENGAN TIGA DIMENSI


Bismillahirrahmanirrahim
Hanya dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, (aku mengaji)*

Alhamdulillah, tepat hari Rabu (17/02) siang ini ketika hendak menulis pengajian online Safinah yang keempat, penulis diajak mendadak untuk menemui seorang alim ulama, cendekiawan muda dari tanah kelahiran Syekh Salim penulis Safinah, Hadlramaut. Direktur sebuah pusat penelitian Islam di Tarim, Markaz An-Nur di Tarim, Al-Habib Zaid bin Yahya, murid Ad-Da’i ilaLlah Al-Habib Umar bin Hafidz hafidzahumallah fi shihah wa ‘afiah.
Tanpa pikir panjang sambil membawa kitab Safinah dan berpakaian ala kadarnya, kami langsung menuju hotel beliau. Setelah bercengkrama hangat, kami berkesempatan membacakan muqaddimah dan sepenggal fasal-fasal pertama kitab Safinah di hadapan beliau. Dan tepatnya, beliau menerangkan sedikit lebar tentang Basmalah, topik kita sekarang ini. Di akhir, beliau mendoakan kami dan juga memberi ijazah kitab Safinah dari guru-guru beliau hingga sampai pada sang penulis, Syekh Salim bin Sumair nawwarallah dlarihah. Dengan rasa bahagia dan khidmat, kami menerima ijazah beliau; qabilnal ijazah. Sekali lagi, alhamdulillahirabbil ‘alamin.

Memulai dengan Basmalah

Pada tahun keenam Hijriah, terjadi gencatan senjata antara Rasulullah dengan pimpinan Quraish. Momentum ini dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah. Sepuluh tahun ke depan tak boleh ada perang, ini diantara point terpenting perjanjian tersebut. Pada kesempatan inilah Rasulullah memanfaatkannya untuk menjaring relasi suku-suku sekitar Jazirah Arab dan memperluas bendera Islam ke penjuru dunia. Demi misi mulia ini, Rasulullah menuliskan 43 surat ke segenap pemimpin dan tokoh dunia saat itu, diantaranya ke Raja Al-Muqawqis (Iskandaria-Mesir), Raja Khorsrau II Arbrawaiz (Kisra Persia), Raja Heraklius (Byzantium-Romawi), Uskup Dhughathir (Romawi), Gubernur Al-Mundzir bin Sawa (Bahrain).
Lalu, apa kaitannya dengan topik Basmalah? Kaitannya sangat erat: bahwa semua surat cinta Rasulullah Saw tersebut dimulai dengan Bismillaahirrahmanirrahim. Dari sunnah fi’iliyyah inilah, para ulama menyarankan agar memulai sebuah tulisan dengan Basmalah, meskipun sang penerima tulisan tersebut bukan Muslim; mengikuti teladan Baginda Nabi Muhammad dan juga Nabi Sulaiman yang berkirim surat untuk Ratu Balqis (QS. An-Naml: 30).



Tradisi memulai Basmalah ini juga dibangun atas budi mulia yang diajarkan Allah melalui Al-Quran Al-Karim dan kitab-kitab suci sebelumnya. Basmalah merupakan kunci pembuka seluruh kitab, sabda Baginda kita. Kitab suci kita dibuka kali pertama dengan Basmalah, begitu juga hampir setiap surat, selain At-Taubat, diawali dengan Basmalah. Tidak hanya itu, Rasulullah Saw bahkan menyatakan, “Tatkala Jibril mendatangiku dengan membawa wahyu, maka hal pertama yang ia lantunkan padaku adalah Bismillahirrahmanirrahim.” (HR. Ad-Daruquthni).
“Basmalah ini untukmu dan umatmu. Perintahkanlah mereka (agar) tidak meninggalkannya dalam sesuatu dari berbagai urusan mereka, sebab,” pesan Rasul menyampaikan nasihat Malaikat Jibril,“aku tak pernah meninggalkannya sekedip mata pun sejak aku turun untuk Ayahanda-mu Adam ‘alaihis salam. Begitu juga para Malaikat lainnya.”  Di kesempatan lain, Rasulullah berpesan ketika kita menulis sebuah karya, maka tulislah Basmalah di awalnya.
Lebih tegas lagi, Rasulullah Saw pernah memperingatkan bahwa setiap urusan yang bernilai penting, namun tak dimulai dengan bismillaahirrahmanirrahim, maka ia bagaikan seorang yang terjangkit derita kusta/lepra (ajdzam)". Maksud daripada ajdzam disini, menurut ulama, adalah sedikit keberkahannya. Meski bernilai dan begitu penting, aktivitas takkan melahirkan banyak keberkahan bila tak dimulai dengan Basmalah.
Oleh sebab itu, mari kita teladani Al-Quran, Rasulullah, dan para penulis kitab-kitab khazanah Islam seperti Safinah ini, dengan memulai setiap aktivitas baik kita dengan senantiasa membaca basmalah, Bismillahirrahmanirrahim! Insya Allah, selain bernilai manfaat, juga banyak keberkahan yang pasti kita rasakan.
Karena kitab ini membahas dua hal: pokok-pokok agama (ushulud din) alias Tauhid, dan fiqh, maka, sebagaimana tradisi Salaf, kita juga akan mengaji Basmalah dari dua dimensi tersebut. Dan di awal berikut ini, kita tambah satu dimensi lagi, Dimensi Bahasa, sebagai gerbang pembuka dua dimensi lainnya.

Basmalah Dimensi Bahasa

Sebelum dari kacamata dua dimensi Tauhid-Fiqh, kita akan memulainya dari perspektif bahasa terlebih dahulu. Bila kita amati arti rangkaian Basmalah ini, "Dengan nama Allah ar-Rahman ar-Rahim," kita akan temukan bahwa kalimat ini hanyalah apa yang tata bahasa sebut dengan kata keterangan. Betul kan, ya? Disini tidak ada subyek maupun predikat yang tampak. Nah, dalam bahasa Arab, kondisi seperti ini mengharuskan penyimpanan sebuah kalimat lain, yaitu minimal subyek plus predikatnya.
Siapa subyek dan apa predikatnya? Disinilah hebat dan dahsyatnya Al-Quran. Subyek dan predikat sengaja tak tertulis agar, diantaranya, pengamalan Basmalah lebih universal. Bisa dibaca oleh siapa saja dan untuk aktivitas yang tak terbatas. Andai saja subyek dan predikat disebutkan, sudah pastilah pesan Jibril di atas dan anjuran hadits untuk memulai aktivitas yang bernilai itu menyempit, jika tidak sangat sempit.

Basmalah Dimensi Tauhid

Masih nyambung dengan sebelumnya. Dalam gramatik Arab, mendahulukan kata keterangan dan sejenisnya atas subjek-predikat yang diakhirkan (lebih-lebih tersimpan dalam konteks ini), itu mengandung arti "hanya".
Katakanlah, kita hendak berkativitas, kita mengucapkan Basmalah. Maka,maka kurang lebih terjemah komplitnya seperti ini, "Hanya dengan nama Allah ar-Rahman ar-Rahim, aku beraktivitas." Dengan artian demikian, kita benar-benar tengah mentauhidkan Allah dalam awal segala perbuatan kita; Bahwa hanya berkat-Nya lah kita bisa berbuat, dan tanpa-Nya kita tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan kita bukanlah siapa-siapa dan apa-apa dengan tanpa nama-Nya.



Rasa dimensi ini hampir sama, ya, dengan makna hauqalah? Yap, karena itulah, Rasulallah Saw menjamin bahwa siapa saja yang membaca “Bismillahirrahmanirrahim wa laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim”, niscaya Allah akan menyingkirkan darinya tujuh puluh pintu dari segala jenis bala`, rasa galau, sedih, dan stress. Dengan pendekatan dimensi Tauhid ini, kita akan sedikit menyibak hikmah; kenapa Rasulullah menggabungkan dua kalimat sakti Basmalah dan Hauqalah dalam hadits ini.   
Jadi, dengan menghadirkan dimensi Tauhid ini dalam Basmalah, kita senantaisa merasakan wujud dan kehadiran-Nya dalam setiap lini kehidupan kita, dan mestinya meningkatkan keimanan kita kepada-Nya. Makanya, selain hadits kesaktian Basmalah-Hawqalah barusan, tidak heran Syekh Nawawi Banten ngasih amalan untuk kita: ketika Basmalah dibaca dua puluh satu (21) kali sebelum tidur, maka malam itu kita akan aman dari syaitan, rumah kita pun aman dari para pencuri, aman dari mati “dadakan” dan dari segala marabahaya lainnya. Khasiat ini tidak lain sebab siapa yang senantiasa mengingat Allah dan menghadirkan-Nya, niscaya ia dalam perlindungan Allah, bawaan hatinya pasti selalu tenang dan wajahnya meneduhkan.

Basmalah Dimensi Fiqh

Masih ingat sasaran ilmu fiqh itu apa? Yep, betutl; segala aktivitas keseharian (‘amaly), termasuk membaca Basmalah. Karenanya, ulama membagi hukum membaca Basmalah menjadi lima:
1. Wajib, seperti membaca surat Al-Fatihah dalam Salat.
2. Sunnah untuk aktivitas-aktivitas yang bernilai positif menurut Syariat, seperti makan, minum, keluar dari rumah ke kampus, dan sebagainya. Berselancar di dunia maya pun ada baiknya membaca Basmalah, agar lebih berkah dan hati lebih kokoh menghindari hal-hal negatif, terutama yang berbau parno dan fitnah. 



3. Haram untuk aktivitas yang diharamkan sebab dzatnya, seperti minum bir, menghisap narkoba, mencuri, menikmati kecantikan perempuan, dan lain-lain. Membaca Basmalah saat melakukan perkara-perkara haram semacam ini sama sekali tidak meringankan kadar dosa, tapi justru menambahnya.
4. Makruh ketika melalukan perbuatan yang makruh karena dzatnya, seperti mencabut uban. Sebelum mencabutnya, kita baca Basmalah dulu; malah kita telah melakukan duo makruh sekaligus.
5. Mubah untuk perbuatan yang mubah, seperti mindahin barang, dan lain-lainnya.
Namun, Syekh Muhammad Ba’athiyyah menyatakan hukum membaca Basmalah tidak ada yang mubah, sebab apa yang dasar hukumnya sunnah, takkan pernah tertimpa hukum mubah. Jadi, menurut pendapat ini, setiap aktivitas mubah bila dimulai dengan Basmalah akan menghasilkan pahala keberkahan. Nampaknya, pendapat ini merupakan revisi atas pembagian lima hukum Basamalah, yang beliau sendiri paparkan di Syarah Ad-Durratul Yatimah. Wallahu a’lam

Tafsir Simbolik Basmalah: Kisah Nabi Isa dan Sang Guru

Nah, setelah berjelajah tiga dimensi ini, mari kita akhiri dengan sebuah kisah yang terekam dalam beberapa kitab Tafsir seperti Ibn Katsir dan At-Thabari.
Dikisahkan, bahwa Siti Maryam pernah memasrahkan putranya, Nabi Isa ‘alaihis salam, kepada seorang guru buat belajar. Di awal pelajaran, sang guru memerintahkan Nabi Isa agar membaca Basmalah terlebih dahulu. Namun, apa respon sang Nabi yang sudah ‘alim sejak lahir ini? Beliau malah balik bertanya,
“Anda tahu apa itu Bismillahirrahmanirrahim?”
“Aku tak tahu,” jawab sang guru jujur dengan rendah hati.
Dengan kecerdasan dan kebijakannya, Sang Nabi justru mengajarkan sang guru tafsir Isyari di balik pemilahan kata perkata dalam Basmalah ini. Ba’ disini, ujar Nabi ‘Isa, adalah Baha`ullah (Keindahan Allah), Sin-nya Sanaa`uhu (Keluhuran-Nya), Mim-nya merupakan Mulkuhu (Kerajaan-Nya), dan Allah adalah nama Tuhan Sang Raja Diraja, sedangkan Ar-Rahman berarti yang maha pengasih di dunia, sementara Ar-Rahim yang maha penyayang di Akhirat.
Demikianlah salah satu tafsir rabbany yang Nabi Isa ajarkan kepada sang guru dan juga kepada kita sekarang. Semoga melalui tiga dimensi Basmalah ini setiap kali kita membacanya, terbesitlah dalam diri kita keindahan, keluhuran, kekuasaan, dan ketuhanan Allah yang kasih sayang-Nya mendahului adzab-Nya; sehingga pintu-pintu Setan pun tertutup rapat, menjauh dari pelupuk mata hati kita. Amiin
Dan akhirnya, selamat memaknai Basmalah kembali!

* Ditulis oleh: M. Robi' UZT
            

HADHRAMAUT, JANTUNG TIMUR TENGAH


ISLAM DAN TIMUR TENGAH
“Carilah sesuatu di tempatnya”. Ungkapan itu sungguh sangat penting untuk diketahui oleh siapa saja yang ingin mengetahui sesuatu tentang apapun itu. Tak jarang orang mengeluarkan vonis dan ‘ultimatum’ terhadap sesuatu yang ia ketahui, padahal pengetahuannya mengenai hal itu tak layak dijadikan motif untuk argumen, apalagi vonis.

Apalagi ketika kita berbicara masalah Islam, sangat tak pantas apabila kita semerta-merta mengatakan “Islam mengatakan A, Islam mengatakan B, Islam mengatakan C, …” tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dikatakan oleh Islam karena Islam adalah agama yang jelas dan semua hal ada aturannya.

Oleh karena itu merupakan hal yang penting dan vital dalam memahami Islam untuk selalu merujuk kepada sumber-sumber terpercaya dan diakui eksistensinya lintas sejarah agar pemahaman kita terhadap ajaran Islam – baik berhubungan dengan iman, hukum ataupun akhlaq – memiliki dasar yang bisa dipertaggungjawabkan di hadapan Allah dan juga di hadapan manusia.

Timur tengah. Dua kata yang dijadikan kata rangkaian ini sangat terkenal dan bisa dikatakan paling identik dengan Islam. Meskipun tak semua orang yang berada di timur tengah beragama Islam dan tak semua hal yang ada di sana islami, tapi kesan Islam di timur tengah sangat kental dan hal itu tentunya berdasarkan atas beberapa alasan yang logis.

Alasan yang pertama karena Islam diturunkan disana dan peninggalan-peninggalan Islam masa penurunan wahyu masih banyak yang tersisa dan terjaga hingga detik ini. Di samping itu, timur tengah juga memiliki banyak sekali tokoh-tokoh agama kaliber internasional yang tak perlu kita sebutkan nama mereka satu persatu. Dan inilah alasan kedua mengapa timur tengah sangat identik dengan Islam. Di timur tengah juga terdapat banyak dan bahkan dapat dikatakan sumber dari kebanyakan kelompok-kelompok dan sekte-sekte yang ada di bawah naungan Islam. Alasan lain yang membuat timur tengah identik dan  kental dengan Islam adalah banyaknya sekolah tradisional yang dalam sejarah dikenal sebagai mercusuar penyebaran Islam di seluruh dunia seperti Al-Azhar di Mesir, Zaitunah di Tunisia, Tarim dan Zabid di Yaman, dan banyak sekali mercusuar-mercusuar dakwah Islam lainnya.



Dari alasan-alasan itulah muncul keyakinan dalam masyarakat – khususnya Indonesia – bahwa pelajar agama yang pernah belajar di timur tengah memiliki nilai plus dibandingkan dengan pelajar yang belajar di negeri lain termasuk negeri Indonesia. Kayakinan dan asumsi semacam itu adalah hal yang wajar karena timur tengah memang pusat dan sumber agama Islam, disana juga terdapat tokoh-tokoh Islam internasional dan merupakan hal yang normal ketika masyarakat beranggapan demikian.

HADHRAMAUT, JANTUNG TIMUR TENGAH
Hadhramaut adalah nama dari sebuah provinsi di Yaman bagian selatan dan merupakan provinsi tua yang usianya lebih tua daripada Islam. Hadhramaut juga memiliki banyak kota historis yang dari sejak dulu sudah dikenal sebagai kota ilmu seperti kota Tarim dan Seyun. Selain itu provinsi ini juga sangat terkenal lantaran banyaknya dai-dai yang menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Tanzania, Kenya dan banyak negara-negara lain hingga jutaan manusia berhasil memeluk agama Islam dengan perantara orang-orang dari Hadhramaut.

Ratusan orang Indonesia belajar agama di Hadhramaut dan ribuan putera bangsa belajar di Yaman secara umum. Hal tersebut sangatlah logis karena Hadhramaut memang merupakan negeri ilmu seperti telah disebutkan oleh Rasulullah SAW lebih dari empat belas abad yang lalu, “Iman adalah Yaman, hikmah adalah Yaman, fiqih adalah Yaman”. Dari sejak dulu hingga sekarang, di Hadhramaut masih dilaksanakan dan terus berjalan majelis-majelis keilmuan di mesjid-mesjid, zawiyah-zawiyah, mi’lamah-mi’lamah dan aktivitas keilmuan lainnya di Hadhramaut masih sangat aktif.



Ilmu yang dikaji di Hadhramaut juga tidak hanya fiqih yang identik membahas hukum dzahir dan tidak meraba sisi bathin, namun juga diketatkan pengajaran ilmu tasawwuf yang secara spesifik lebih menekankan kepada sisi dalam manusia (hati). Hal inilah yang membuat ilmu di Hadhramaut tak hanya tertulis di kitab-kitab dan buku-buku, namun ilmu di Hadhramaut lebih banyak terlihat dalam tingkah laku dan kehidupan masyarakatnya.

Dengan kata lain, aspek akhlaq yang mana Rasulullah diutus untuk menyempurnakannya, juga sangat dijaga dan terus diajarkan melalui kitab-kitab klasik dan yang paling penting adalah melalui implementasi isi dari kitab-kitab akhlaq (suluk) ke dalam kehidupan kongkrit sehingga terkadang banyak sekali akhlaq mulia yang dapat disaksikan melalui gerakan dan tingkah laku ulama-ulama Hadhramaut namun sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa kata-kata.

Tasawwuf yang sangat diperhatikan di Hadhramaut sangatlah patut untuk disebarkan ke seluruh dunia – tanpa kita melihat kepada perbedaan mengenai tasawwuf – karena pengaruh tasawwuf Hadhramaut yang pada dasarnya merupakan implementasi dari prinsip ‘ihsan’ (salah satu rukun agama Islam) sudah terbukti berhasil merangkul banyak bangsa masuk ke dalam agama Islam secara damai tanpa pertumpahan darah, termasuk bangsa Indonesia, Malaysia, Afrika secara umum dan bangsa-bangsa lain yang berhasil memeluk agama Islam dengan perantara juru-juru dakwah dari ulama tasawwuf Hadhramaut. Hal itu dikarenakan esensi tasawwuf yang syarat cinta dan damai tanpa mengabaikan prinsip-prinsip agama Islam sendiri.

Dari sinilah metode dakwah islami yang sesuai dan kompatibel dengan berbagai macam adat istiadat bangsa-bangsa di seluruh dunia dapat dipelajari dalam rangka penyebaran agama dan ajaran-ajaran Islam sebagaimana telah diamanatkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini juga tak kalah pentingnya karena tak jarang dan tak sedikit orang yang bertujuan dakwah Islam, namun karena metode dan caranya dalam menyebarkan dakwah Islam tidak sesuai dengan apa yang diajarkan dan dituntun oleh Rasulullah seperti prinsip rahmah (kasih sayang), maka kadang metode yang salah tersebut justru mencoreng wajah dakwah Islam dan bahkan mencoreng Islam secara umum. Maka dari itu, metode dakwah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah dan berdasarkan atas asas rahmah bisa dipelajari dengan benar-benar di Hadhramaut karena seperti ilmu, dakwah di Hadhramaut tak hanya sekedar teori, namun juga aplikasi kongkrit.



Di samping itu ilmu agama yang diajarkan dari sejak dulu hingga sekarang di Hadhramaut terbilang kompleks. Mulai dari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur'an, hadits nabawi, tauhid, fiqh, ushul fiqh, falak dan beberapa cabang ilmu agama lainnya. Dengan pondasi ilmu tasawwuf, ilmu agama di negeri Hadhramaut bukanlah ilmu kering dan kasar, tapi adalah ilmu yang jernih dan menyejukkan sebagaimana telah kita bahas diatas.

Guru, masyayikh dan pengajar ilmu agama di Hadhramaut secara global juga memiliki kelebihan yang tak dimiliki oleh semua pengajar di tempat-tempat lain. Hal tersebut karena pengajar ilmu agama yang ada di Hadhramaut memang benar-benar mumpuni di bidang keagamaan, serta ilmu agama yang mereka dalami dan mereka kuasai tak hanya berupa teori namun juga diterjemahkan ke dalam bahasa kehidupan nyata sehari-hari sehingga ilmu di Hadhramaut adalah apa yang dilihat, apa yang didengar dan apa yang dibaca, bahkan lebih dari itu ilmu di Hadhramaut adalah apa yang ada di sekitar kita.

Tak hanya guru, masyarakat Hadhramaut dari sejak dulu sudah dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan penerapan prinsip-prinsip dasar agama Islam beserta ajaran-ajarannya dikenal cukup tinggi. Hal tersebut menjadikan orang asing – dan para pelajar pada umumnya – bisa membaca ajaran Islam dan sunah-sunah Rasulullah melalui pergaulan sehari-hari dengan masyarkat Hadhramaut.

Satu kelebihan ilmu agama di Hadhramaut yang bernilai sangat tinggi adalah sanad. Dimana ilmu-ilmu agama di Hadhramaut ini memiliki silsilah yang jelas dan terpercaya sampai sumber ilmu agama, yaitu Rasulullah SAW baik sanad yang diwarisi dan didapatkan secara turun-temurun oleh keturunan Rasulullah maupun sanad yang diturunkan dari Rasulullah kepada sahabat kemudian tabi’in dan dilanjutkan kepada ulama-ulama terpercaya di setiap generasi berikutnya.

Sanad yang hingga saat ini masih sangat diperhatikan dalam menuntut ilmu di Hadhramaut memiliki peranan yang begitu penting dalam pendidikan agama seseorang karena ilmu agama yang disertai dengan sanad memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada orang tersebut bahwa ajaran dan pemahaman yang ia dapatkan mengenai agama Islam tidak keluar dari sembarang pemikiran, tidak ‘melenceng’ dan berdasarkan atas dasar yang kuat karena sumber ilmu dan pemahaman yang ia dapatkan berasal dari Rasulullah SAW.

Hal inilah yang membuat kita yakin bahwa pemahaman agama yang kita dapatkan dari Hadhramaut dengan berdasarkan sanad yang benar adalah pemahaman yang berdasarkan dari sumber terpercaya dan dapat kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah, ulama dan seluruh manusia.

Dari dimensi lain, Hadhramaut memiliki banyak ‘menara-menara’ keshalehan. Dalam arti lain, sepanjang sejarah Islam di Hadhramaut, negeri ini telah melahirkan ribuan wali dan orang sholeh sehingga kota Tarim, salah satu kota paling terkenal di Hadhramaut dijuluki dengan nama ‘Kota Seribu Wali’. Barangkali orang yang belum pernah mengetahui secara langsung keadaan Hadhramaut akan sedikit risih apabila mendengarkan bahwa ribuan wali dan orang sholeh yang dihasilkan Hadhramaut. Tapi kerisihan itu akan hilang hingga ke akar-akarnya jika orang tersebut membaca sejarah dan melihat kehidupan di Hadhramaut.

Hadhramaut – khususnya Tarim – didominasi oleh habaib/asyrof/sadah (keturunan-keturunan Rasulullah SAW) yang notebenenya memiliki posisi sebagai pewaris Rasulullah. Habaib itulah yang seringkali menjadi lentera-lentera bagi masyarakat setempat bahkan masyarakat dunia dalam kehidupan beragama. Hal itu tidak lain karena Rasulullah SAW sendiri sudah memberikan sinyal bahwa disamping Al-Qur'an dan As-Sunnah, habaib juga merupakan kunci seorang muslim untuk terhindar dari kesesatan.

Hadhramaut juga merupakan tempat yang kondusif untuk melangsungkan kehidupan beragama. Jauhnya Hadhramaut dari kontaminasi pengaruh-pengaruh negatif dari luar menjadikan negeri ini tempat yang begitu sejuk dan damai untuk jiwa-jiwa yang kerontang, seperti oase yang selalu dicari oleh para musafir kehausan. Tak aneh jika kita bertanya kepada muslim Eropa, Amerika, Afrika, Australia dan Asia yang berada di Hadhramaut mengenai alasan mereka memilih Hadhramaut, lantas mereka menjawab “Kami ingin hati kami tenang dari hiruk pikuk dunia”.



Satu kelebihan lain yang dimiliki oleh Hadhramaut – dan juga dimiliki oleh timur tengah secara umum – adalah bahwa Hadhramaut merupakan negeri arab dan tentunya bahasa arab menjadi bahasa utama sebagai bahasa percakapan orang-orang yang ada di negeri ini. Hal ini membuka pintu lebar bagi siapa saja yang belajar di negeri ini untuk memperdalam dan menguasai bahasa arab.

Hal tersebut sangatlah penting karena bahasa arab adalah bahasa Al-Qur'an, bahasa hadits dan bahasa ilmu Islam secara umum. Maka lingkungan ‘ke-arab-an’ yang sudah tersedia secara otomatis di Hadhramaut bisa menjadi batu loncatan besar bagi para pelajar untuk memperdalam bahasa arab guna mengembangkan pemahamannya terhadap teks-teks agama Islam karena tak dapat dipungkiri bahwa bahasa arab merupakan salah satu kunci utama dalam memahami agama Islam.

Berdasarkan atas pembahasan, perincian dan alasan-alasan diatas, bukanlah hal yang berlebihan jika kita mengatakan atau menyimpulkan bahwa Hadhramaut adalah jantung timur tengah.

Oleh : Syaiful Arif *
*Penulis adalah Alumnus Pondok Pesantren Mathlabul Ulum, Jambu, Lenteng, Sumenep dan Sekarang Menjadi Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas al-Ahgaff Tarim Hadhramaut dan menjabat sebagai Kepala Departemen Pengembangan Bahasa FOSMAYA(Forum Silaturrahim Pelajar dan Mahasiswa Madura di Yaman).


Perniagaan Yang Menyelamatkan Dari Azab Yang Pedih

Umumnya, ketika seseorang memulai berniaga atau berdagang, maka tujuannya adalah ingin mencari keuntungan, memperbaiki perekonomian dan memperbaiki kesejahteraan hidup dalam kehidupan sehari- hari. Namun, disini ada tawaran dan ajakan yang dipromosikan oleh Allah SWT didalam Al- Qur an kepada manusia, sebuah perniagaan atau perdagangan yang bisa menyelamatkan manusia dari azab yang pedih.
Perniagaan yang ditawarkan oleh Allah SWT didalam Al-Qur an dijelaskan didalam Surat Shaf ayat 10-12.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ [10] تُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَتُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ  ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ[11] يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ [12]  
“ Hai orang- orang yang beriman,  sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik dari bagimu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa- dosamu dan memasukkan kamu kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai- sungai, dan (memasukkan kamu) ketempat tinggal yang baik disurga ‘adn. Itulah keberuntungan yang sangat besar” .


Perniagaan yang ditawarkan didalam ayat ini yang menyelamatkan manusia dari azab yang pedih ialah:
1) Iman kepada Allah dan Rasulnya.
2) Berjihad dijalan Allah, baik dengan harta maupun dengan Jiwanya.
Ketika kita melaksanakan perniagaan tersebut, maka tidak hanya diselamatkan dari azab yang pedih bahkan Allah memberi keberuntungan extra, yaitu dengan mengampuni dosa-dosa kita,  memasukkan ke dalam surganya dan ditempatkan ditempat yang baik di surga nanti.
Imam Ibnu Katsir Berkata: “Inilah ‘perniagaan’ yang paling agung, karena menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan kekal abadi selamanya, inilah perniagaan yang dengannya akan diraih semua harapan kebaikan dan terhindar dari semua keburukan yang ditakutkan, inilah perniagaan yang jelas lebiih mulya dan lebih besar keuntungannya daripada perdagangan duniawi yang dikejar oleh mayoritas manusia”.  (Tafsir Ibnu Katsir, 4/463).

Imam asy-Syaukani berkata: “Allah menjadikan amalan- amalan (shalih) tersebut kedudukannya seperti “perniagaan”, karena orang-orang yang melakukannya akan meraih keuntungan (besar) sebagaimana mereka meraih keuntungan dalam perniagaan (duniawi), keuntungan (besar) itu adalah masuknya mereka kedalam surga dan selamat dari siksa neraka”. ( fathul Qodir 5/311).

Oleh: Lutfi Tariem

Kado Dari Rektor Ahgaf untuk Santri Dunia

Kado Dari Rektor Ahgaf untuk Santri Dunia
BERSAMA PROF. DR. AL-HABIB ABDULLAH BIN MUHAMMAD BAHARUN - YAMAN
DI PESANTREN ILMU AL-QURAN (PIQ) SINGOSARI - MALANG

Hari Selasa (21/11/2017) tepatnya pada malam hari, Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) mendapatkan kunjungan tamu istimewa. Beliau adalah Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun (Rektor Universitas Al-Ahqaf di Yaman). Ini merupakan kunjungan ketiga kalinya di pesantren yang terletak di Singosari ini. Tentu, hal seperti ini menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bisa menjadi salah satu tempat kunjungan dalam agenda safari dakwah beliau selama di Malang Raya.



Sebenarnya PIQ bukanlah satu-satunya pesantren yang beliau kunjungi selama di Malang. Sebelumnya beliau sudah menyampaikan kuliah umum di beberapa tempat. Dimulai dari  Pesantren Mambaus Solihin (SUCI) Gresik kemarin malam, kemudian di pagi hari beliau bertolak ke Malang karena pada siang harinya beliau harus menjadi pemateri pada acara seminar Nasional di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanannya ke Pondok Darul Hadits Al-Faqihiyah Malang. Selain bertujuan untuk bersilaturrahmi dengan beberapa Habaib Malang, ternyata beliau juga menjadi narasumber dalam pertemuan eksklusif tersebut. Dan sebagai penutup, PIQ menjadi tujuan terakhir dari rangkaian safari dakwah beliau sebelum kembali lagi ke Gresik.
Dengan lantunan shalawat diiringi pukulan rebana para santri, beliau bersama rombongannya mulai memasuki pesantren ini. Seperti kunjungan sebelumnya, acara dilaksanakan di aula utama. Turut hadir saat itu, yaitu: KH. M. Basori Alwi (Pengasuh PIQ), KH. Luthfi Basori (Ketua Umum PIQ), dan juga Gus Abdullah Murtadlo (Wakil Ketua I PIQ).
Selaku moderator pada acara ini yaitu beliau Gus Abdullah Murtadlo. Acara dibuka dengan bacaan surat Al-Fatihah yang dipimpin langsung oleh KH. M. Basori Alwi. Kemudian langsung dilanjutkan dengan acara utama yaitu al-muhadloroh al-‘ilmiyyah al-‘amah (kuliah umum) yang disampaikan oleh Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun. Berikut merupakan intisari dari ceramah beliau malam itu.
Sebagai pembukaan, beliau menuturkan bahwa tujuan dari kunjungan di PIQ ini tidak lain kecuali sebagai bentuk tabarruk (mengambil berkah) kepada KH. M. Basori Alwi. Beliau juga tidak henti-hentinya mendoakan pengasuh, keluarga, dan seluruh santrinya serta para hadirin semoga senantiasa panjang umur dalam keadaan sehat wal afiyat serta mendapatkan naungan rahmat Allah Ta’ala.
Pada kesempatan itu, beliau ingin menyampaikan sesuatu yang membuat hatinya resah. Dan ironinya hal itu ternyata sedang melanda putra bangsa Indonesia, khususnya para pelajar bangsa. Selama beliau mengunjungi beberapa tempat di Malang, beliau mendapati kuantitas pelajar yang luar biasa, tapi hal itu tidak berjalan seimbang dengan kualitasnya. “Sangat patut disayangkan, peranan pemuda muslim zaman sekarang sangatlah kurang.” Tutur beliau mengawali pembahasan.



Ungkapan seperti itu sangatlah maklum, karena ketika kita mencoba menengok kondisi kaum muslimin dewasa ini, ternyata memang benar bahwa jumlah pemeluk agama Islam saat ini sangat banyak, tapi kuantitas sebanyak itu masih belum dirasa cukup, jika tidak ada peran penting para pemuda Islam zaman sekarang. Padahal di sisi lain, musuh-musuh Islam sudah kian lama membakar semangat juang mereka untuk menghadapi kondisi seperti ini. Coba kita perhatikan, bagaimana mereka mulai berusaha mendominasi kekayaan sumber alam Indonesia. Bukan hanya itu, mereka juga sudah mulai masuk dalam bidang pemerintahan agar lebih leluasa mengatur umat Islam sesuai kehendak mereka. Lebih jauh lagi, bahkan mereka sudah sangat siap untuk memerangi kaum muslimin.
Maka solusi untuk melawan hal tersebut yaitu dengan memaksimalkan posisi kalian sekarang sesuai dengan amanat Allah. Perlu diingat, kalian adalah para pelajar bangsa, maka tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Dan mendekatlah kepada Allah Ta’ala dengan cara membantu agama-Nya dan mengagungkan ajaran yang disampaikan oleh utusan-Nya. Dan hal itu semua tidak mungkin bisa dicapai kecuali dengan kesungguhan dan semangat untuk menggapainya.
Al-Imam Abdullah bin Alawi Al-Haddad berkata: “Apabila kalian menginginkan sesuatu, baik hal itu berkaitan dengan urusan agama maupun dunia, maka bersungguh-sungguhlah untuk menggapainya. Karena jikalau kalian mengharapkan sesuatu dengan penuh semangat dan tekad yang kuat disertai dengan keistiqomahan maka Allah Ta’ala akan merealisasikan harapan kalian.”
Banyak di zaman sekarang orang-orang sibuk mendatangi orang alim atau orang sholeh untuk meminta barokah doa mereka, padahal doa tersebut tidak akan membantu mereka dengan sendirinya. Karena tidaklah nampak sebuah keberkahan dari Dzat Yang Maha Kuasa kecuali diiringi dengan adanya bukti nyata dari manusia yang senantiasa berdoa.



Ada satu kisah, konon ada salah seorang yang sholeh. Beliau adalah murid dari Al-Habib Ahmad bin Muhsin Al-Haddar (Shohib al-Mukalla). Habib Ahmad sendiri merupakan seorang wali besar, beliau lahir di Bangil kemudian pindah ke Mukalla, dan disanalah beliau dikebumikan. Nama dari murid beliau tersebut adalah As-Sayyid Mahbub Al-Jailani yang berasal dari India. Suatu hari, gurunya berkata bahwa guru spiritual yang sebenarnya ada di daerah sekitar Arab seraya menyerahkan foto guru yang dimaksud. Akhirnya ia pergi berkelana mencari guru tersebut. Dan setelah bertemu, tak berlangsung lama ia pun menjadi wali besar.
Demikianlah biografi singkat As-Sayyid Mahbub Al-Jailani. Suatu saat, ada seseorang yang datang kepada beliau seraya meminta doa kepada beliau. Akhirnya beliaupun berkata: “Amaluka yad’u laka. (Perbuatanmu membimbingmu kepada doamu). Andaikata kau datang kepadaku dengan membawa batu, dan kau ingin supaya aku bisa membuat batu tersebut berubah menjadi perhiasan untuk istrimu, mana mungkin aku bisa melakukannya. Tapi beda lagi, jikalau kau datang kemari dengan membawa emas, maka aku akan berusaha untuk merubahnya menjadi perhiasan indah yang sesuai untuk istrimu.”
Seperti itulah kiranya analogi jika kita berdoa tanpa disertai dengan action atau gerakan. Kita ingin didoakan supaya bisa hafal Al-Quran tapi setelah itu kita tidur, atau berdoa agar dibuka mata hati kita sehingga mudah menerima pelajaran, akan tetapi malah tidak pernah masuk kelas, atau berdoa agar bisa ini dan itu namun masih saja tidak ada pergerakan dari kita, maka sama saja. Karena sesungguhnya langit tidak mungkin menurunkan emas maupun perak. Maka semua itu dibutuhkan adanya bukti nyata berupa usahamu dalam meraih impianmu, sehingga datanglah pertolongan Allah Ta’ala.
Nabi besar Muhammad saw. diutus langsung oleh Allah swt. Akan tetapi Allah juga menjadikannya sebagai tauladan yang patut untuk dijadikan panutan. Hal itu tercermin dari kesungguhan dan kesabarannya. Nabi tidak pernah bosan untuk berdakwah, memberi nasehat untuk umatnya, kebanyakan waktunya digunakan untuk memikirkan mereka, hematnya beliau telah mengaplikasikan kesungguhan dalam setiap gerak-geriknya sampai pada akhirnya beliau bertemu dengan Allah Ta’ala. Padahal Nabi Muhammad saw. sendiri merupakan sumber dikabulkannya doa, karena diantara karomah beliau yaitu terkabulnya doa yang beliau panjatkan sehingga turunlah rahmat Allah Ta’ala untuk alam semesta. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Muhammad ayat 4: “… Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain…” Berdasarkan hal ini, maka sudah seharusnya bagi kita untuk lebih dekat lagi dengan Allah swt. dan juga hendaknya kita memiliki kesungguhan, tekad, dan semangat yang kuat. Karena dimana ada gerakan (harakah), disitulah letak keberkahan berada.
Sebagai penutup dari ceramah beliau, Rektor Universitas Al-Ahqaf dari Yaman ini  menaruh harapan besar secara khusus kepada para hadirin, juga kepada seluruh santri Indonesia pada umumnya, agar memiliki himmah (tekad) yang kuat dalam menggapai apapun. Hendaknya kalian memiliki cita-cita tinggi sehingga mampu memaksimalkan salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada kalian. Jangan berfikir mau jadi apa kalian suatu saat. Entah jadi seorang pengajar di masjid kecil, atau entah jadi apalah kelak, tinggalkan pemikiran yang demikian. Sebaliknya, tanamkan dalam hati bahwa kelak kalian akan menyebarkan ilmu Allah ini di seluruh Indonesia, bahkan kalau bisa di setiap ujung dunia. Kalian adalah generasi pelayan Al-Quran, sekaligus pelayan Nabi Muhammad saw. Junjung setinggi mungkin cita-cita kalian dan laporkan kepada Allah Ta’ala. Karena sesungguhnya Allah swt. sekalipun kita berdoa kepada-Nya setiap hari, meminta apa yang Dia punya setiap waktu, maka apa yang ada disisih-Nya sedikitpun tidak akan pernah berkurang.



Jangan batasi mimpimu. Mungkin mimpimu terlampau jauh. Maka mintalah kepada Allah swt. dan jangan lupa kerahkan seluruh usaha dan tenagamu untuk meraihnya, sehingga datanglah pertolongan Allah Ta’ala. Saat seperti itu, setan akan menciutkan niatmu dengan berkata: “Memang siapa kamu? Kamu bisa apa, Sampai berani bercita-cita setinggi itu?” Jikalau kalian mendapati bisikan semacam itu, maka jawablah dengan lantang bahwa kalian adalah hamba Allah juga pembantu Rasulullah saw, kalian adalah para penuntut ilmu Allah, generasi yang mendedikasikan hidupnya demi Al-Quran dan umat Nabi Muhammad saw.
Ada hikmah besar di balik ini semua, maka segera ambil hikmah itu dengan penuh kekuatan dan mintalah bantuan kepada Allah. Karena hanya Dia lah Yang Maha Kuasa. Boleh jadi kau merasa pesimis, saya hanya pemuda biasa tidak bisa apa-apa, saya hanya santri yang tidak punya harta, tenanglah. Karena Allah akan mengarahkan kalian menuju apa yang kalian inginkan. Ketika kau memiliki tekad yang kuat dan kau serahkan semuanya kepada Allah dengan ikhlas, maka saat itu juga Allah akan mengabulkan permintaan kalian.
Senantiasalah berprasangka baik kepada Allah Ta’ala, dan jangan sekali-kali kalian percaya terhadap janji setan. “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa setan akan meremehkan cita-cita kalian seraya menghardik: “Memang kalian bisa apa? Bukankah kalian tidak bisa apa-apa.” Selain itu, setan juga akan menjerumuskan kalian ke dalam perbuatan keji (fahsyaa). Maka segala sesuatu yang melebihi batasan syar’i disebut fahsyaa. Ketika kau menganggap remeh pemberian Allah yang dianugerahkan kepadamu, maka hal demikian termasuk fahsyaa. Atau jika ada yang berputus asa dari luasnya rahmat Allah swt. maka juga tergolong fahsyaa.
Bukalah hatimu untuk menerima kedermawanan Allah Ta’ala, jangan tutup wadahmu. Sekali saja kau menutupnya, maka kau tidak akan mendapatkan cipratan derasnya hujan rahmat Allah Ta’ala yang mampu membasahi seluruh tempat kecuali hatimu yang tertutup. Maka serahkan segala hal hanya kepada Allah swt.
Lihatlah bagaiamana guru kalian KH. M. Basori Alwi. Beliau tidak akan mencapai derajat mulia seperti sekarang ini kecuali dengan kesungguhan dan tekad bulat, bagaimana dulu ketika beliau beretika kepada guru-gurunya, belum lagi keistiqomahan beliau dalam mengajar Al-Quran selama berpuluh-puluh tahun. Semua itu layak diperhatikan dan diaplikasikan secara khusus oleh para santri beliau. Semoga Allah memberi umur panjang fi tho’atillah wa rosulih kepada beliau sebab kesungguhan dan tekad mulianya. “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi” (QS. Al-Isra: 20)

Demikian intisari motivasi dari Sang Murobbi Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun untuk seluruh santri negeri ini di Pesantren Ilmu Al-Quran (PIQ) Singosari.

Tadzkirunnas, Daurah yang Dinanti


Sabtu-Ahad (04-05) adalah hari yang dinanti sebagian alumni Al-Ahgaf yang telah mendaftar. Rindu terobati dengan bertemu kekasih. Idiom yang terkenal dan romantis ini pun akhirnya bisa juga dirasakan oleh sebagian kalangan Alumni Universitas Al-Ahgaf. Dan untuk mengobati serta menjawab  hal tersebut, HIMMAH AHGAFF membuat sebuah dauroh dan temu kangen. Dauroh ini sangat bagus, karena selain temu kangen, mereka juga mendapatkan siraman ilmu dengan mengkaji kitab Tadzkirunnas yang langsung diisi oleh Prof. Assayyid Abdullah Muhammad Baharun (rektor Al-Ahgaf).


Kitab karya Alhabib Ahmad Bin Hasan Bin Abdullah Al-Atthos ini dikaji di Taman Dayu, sebuah tempat salah satu mahakarya Ciputra Group. Tempat yang sangat cocok dan pas untuk kegiatan ini. Peserta yang membeludak dengan jumlah lebih dari seratus orang ini pun datang dari berbagai tempat di seluruh jawa dan indonesia pada umumnya.



Tadzkirunnas yang ditulis oleh Al-Habib Ahmad ini merupakan karya yang berisi tentang problematika fiqh. Kitab yang merupakan sebuah koleksi kalam beliau ini sangat bagus. Alhabib yang wafat di Huraidloh pada Bulan Rojab tahun 1334 H.



الله يعطيكم على قدر همتكم (Arti Allah akan memberikan sesuai kadar himmah dan semangat kalian) merupakan salah satu butiran-butiran yang terselip dalam maha karya Al-Habib Hasan tersebut.  Melihat dari mutiara ini, tentunya kita harus lebih semangat lagi. Sebenarnya masih banyak lagi mutiara yang tersimpan di kitab ini, termasuk tentang tata cara memakai imamah atau pun surban dan sebagainya. Sekian. 

Reportase Sekilas tentang Al-Ahgaff Manuscripts Library


Warisan peradaban islam yang berada di Hadhramaut bukan sebatas tempat, istana, petilasan, selain itu ada peninggalan para ilmuwan Yaman pada khususnya, yaitu makhtutot (manuskrip). Yang kini masih abadi tersimpan rapi di Al-Ahgaff Manuscripts Library di distrik Tarim.
Manuskrip merupakan hal yang mahal, peningglan yang satu ini telah banyak memberikan kontribusi perkembangan ilmu. Tradisi kodifikasi disiplin ilmu yang menjadi budaya para ulama’ dengan tulisan tangan dan tinta ini, untuk waktu sekarang merupakan hal yang langka ditemukan. Kemajuan teknologi yang semakin canggih, kini kodifikasi ilmu beralih ke mesin cetak. Keotentikan manuskrip kuno menjadi keistimewaan tersendiri. Telah banyak manuskrip-manuskrip kuno di-tahqiq (dikaji dan ditulis ulang, red) yang kemudian dicetak untuk bisa dinikmati para pengkaji disiplin ilmu. Di berbagai belahan dunia mahakarya berupa (buku) dari para ilmuwan negara setempat menjadi perhatian khusus, begitu juga Yaman, terlebih kota Tarim yang tersohor dengan kota ilmu dan santri, semenjak ISESCO (Islamic Educational Scientific And Cultural Organization) Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Islam Internasional, menganugrahkan penghargaan terhormat pada tahun 2010 kepada kota Tarim Al-Ghanna sebagai kota Ilmu dan Kebudayaan Islam atau Capital of Islam Culture. Sejak itulah Tarim banyak dilirik dunia dan menampakkan perhatian lebih terhadap perkembangan ilmu.

Al-Ahgaff Manuscript Library, alasan mengapa perpustakaan ini dinamai Al-Ahgaff, selaras dengan nama salah satu surat yang berada di Al-Qur’an dengan harapan keberkahannya, Al-Ahgaff sendiri merupakan nama sebuah lembah yang ada di Hadhramaut, yang artinya gundukan pasir.

Perpustakaan manuskrip Al-Ahgaff lokasinya berdampingan dengan Masjid Jami’, dijantung Pasar kota Tarim. Ribuan kitab-kitab klasik yang masih berbentuk tulisan tangan tertata rapi di almari kaca. Sebagiannya berumur ratusan tahun.  Lebih dari 5.300 Kitab kuno perpustakaan ini mendokumentasikan kitab-kitab klasik, diantaranya fatwa ulama’ yang disimpan oleh keluarga mereka dahulu. Selain fatwa ada juga kitab Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Tauhid, Akhlaq, Adab, Bahasa, Sharaf, Kedokteran, Sejarah , Matematika , Falak, dll.

Perpustakaan ini merupakan kumpulan dari perpustakaan-perpustakaan yang pernah ada sebelumnya. Dalam susunan ruangnya tersusun sesuai dengan nama perpustakaan sebelumnya, seperti Perpustakaan al-Kaf, Perpustakaan bin Yahya, Perpustakaan Ribath, perpustakaan Bin Sahal, Perpustakaan al-Husaini, dan Perpustakaan al-Junaid. Setiap perpustakaan mempunyai katalog sendiri yang mempermudah orang untuk mencari kitab tertentu. Perpustakaan ini sekarang ditata secara rapi dan modern.
Perpustakan manuskrip kuno ini didirikan pada tahun 1972 M. Yang telah dinobatkan sebagai tempat penyimpanan makhtutat (manuskrip) terbesar kedua di Yaman. Kita bisa temukan beberapa disiplin ilmu seperti Tafsir, Hadits, Fiqih, Tasauf, Tarajim (biografi), Sirah, Tarikh (sejarah), Adab, Bahasa, dan Kedokteran, kebanyakan makhtutat disana adalah makhtutat yang kembali pada abad ke-10 dan ke-11 Hijriyah , adapun makhtutat yang kembali pada abad ke-5 Hijriyah misalnya :
1.      Salinan dari kitab “al-Bayan” Tafsir al-Qur'an juz 5 karangan Abu Ja'far bin Muhammad bin Al-Hasan At-Thusi salinan pada tahun 595 Hijriyah.
2.      Salinan kitab Kedokteran Ibnu Sina’ ( Al-Qanun Fii At-Thibbi ) juz 2 tahun 633 Hijriyah juga dilengkapi catatan kaki dari pengarang.
3.      Salinan 5 juz kitab tafsir Ad-Duur al-Mansur (karangan Jalaluddin  Abdurrahman bin Abi Bakar As-Sayuti) pada tahun 897 H yang dihiasai dengan tinta emas.
4.      Salinan kitab As-Syifa’ bi Ta’rifi Huquq al-Musthafa karangan  Qhadi I’yad bin Musa sebanyak 2 juz ditulis dengan khat yang indah serta dihiasi dengan tinta emas , pada tahun 763 H.
Diantara makhtutat yang ada di maktabah (perpustakaan) Al-Ahgaff adalah kumpulan dari beberapa keluarga diantaranya :
1. Keluarga Junaid  sebanyak 416 buah Kitab , 62 buah makhtutat.
2. Keluarga bin Sahal sebanyak 522 buah Kitab , dan 614 buah makhtutat.
3. Kumpulan dari maktabah Rubat Tarim  sebanyak 469 buah Kitab dan 505 buah makhtutat.
4. Kumpulan dari keluarga Al-Husaini sebanyak 92 buah kitab dan 199 buah makhtutat.
5. Kumpulan keluarga Al-Kaff sebanyak  45 buah kitab.
Kumpulan keluarga Al-Haddad sebanyak 57 buah makhtutat .
7. Kumpulan  dari kota Aden sebanyak 56 buah kitab.
8. Kumpulan dari I’nat sebanyak 118 buah makhtutat.
9. Kumpulan Abu Bakar Al-Habsy seabanyak 38 buah kitab.
10. Kumpulan Al-Maktabah masyarakat Mukalla berjumlah 102 kitab.
11. Kumpulan Abdullah bin Umar bin Yahya .
12. Kumpulan dari as-Syekh Abdurrahman bin Muhammad Al-Atthas berjumlah 97 buah kitab.
Perpustakaan Al-Ahgaff bukan hanya sekedar menyimpannya saja, aktivitas diperpustakaan ini beraneka macam. Perpustakaan ini dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama, mengurusi tentang identitas dan status manuskrip yang disana tersimpan sebanyak 6.200 manuskrip kuno yang benar-benar perlu perhatian. Bagian kedua, mengurusi bagian referensi yang berhubungan dengan manuskrip, katalog perpustakaan dunia, dan majalah khusus manuskrip. Bagian ketiga, disini dilengkapi dengan alat-alat yang memadai seperti foto khusus manuskrip dan komputer, melayani para periset yang memerlukan bantuan untuk men-tahqiq,  dan kajian ilmiah lainnya. Bagian keempat, dilengkapi bahan-bahan khusus untuk perlindungan manuskrip dari mulai dari perawatan terhadap serangan hewan-hewan rayap misalnya, pembuatan kotak khusus supaya terjaga dari resiko kerusakan, menyimpannya dalam almari berkaca.

Perpustakaan ini membuktikan akan kepedulian terhadap ilmu dan peranannya, pelestarian cagar budaya terhadap apa yang telah disumbangsihkan  ulama’ dan ilmuwan Yaman. Perpustakaan ini juga telah menjadi tempat utama untuk kunjungan dan studi banding dari berbagai lembaga bahkan Negara luar Yaman. Bagi pembaca yang tertarik, silahkan kunjungi perpustakaan ini jika ada kesempatan ke Kota Tarim, Yaman.

Oleh : M. Abdul Muhith, Lc*
*Penulis adalah Alumni Universitas Al-Ahgaff Yaman Angkatan 17, pernah menjabat sebagai Ketua PPI Yaman periode 2015 – 2016.